• Kurumi

    Tamako Kitashirakawa is the eldest daughter of a family which runs a mochi shop in her town's bustling Tama-ya shopping district.

  • Tohka

    The story is set in a futuristic and peaceful world made possible thanks to the invention of the Manifestation Engine (示現エンジン Jigen Enjin?), which solved an energy crisis five years prior.

  • Snow Miku

    Eita Kidō enters high school with the aim to attend medical school. Due to his parents getting divorced and his intention to maintain his grades, he shuns anything to do with romance or love.

  • Tsukiko

    The story is set in a world embroiled by war between Humans and Demons. The Humans' greatest hero invades the Demon King's castle determined to vanquish her. However, instead of fighting back, the King proposes an alliance with the Hero.

Loading

Instagram

Barista

Saya sendiri sempat mencoba beberapa coffee shop yang menjadi rekomendasi banyak orang. Horas Café, ARB Coffee dan Kopi Tiam Fang Weng Sen adalah sedikit dari beberapa kedai kopi rekomendasi saya. Salah satu pemilik café berkata kalau di Takengon mulai berkembang manual brew method. Orang-orang sudah mulai mengerti bahwa minum kopi bisa disajikan dengan banyak metode. Tak sekedar ‘ditubruk’ seperti budaya orang-orang di sini. Perkembangan dunia kopi ternyata telah sampai di Takengon. Masyarakatnya kini tak hanya menjadi penghasil kopi dan mengeskpornya, tetapi juga mulai mengerti menikmati kopi dengan beragam cara. Ah, saya ikut bahagia dengan perkembangan kopi di sini.

Hebat

Takengon kotanya tak terlalu besar namun asri dan tenang. Di sepanjang jalan banyak sekali pabrik dan kilang kopi. Tentu saja karena bisnis terbesar di sini memang bergelut tentang kopi. Tak hanya kilang dan pabrik, di Takengon juga banyak sekali kedai kopi kecil yang secara mengejutkan memiliki roaster machine sendiri. Coffee shop di Takengon meskipun kecil tapi memiliki roaster machine di kedainya. Meskipun dengan interior sederhana, café di sini menyajikan kopi yang tak kalah dengan yang ada di kota besar. Tentu saja, karena mereka menggunakan biji arabika terbaik yang dihasilkan langsung dari buminya. Dan yang paling penting harga secangkir kopi di sini sangat ekonomis. Secangkir black coffee dibandrol 8 ribu rupiah. Jangan tanya soal rasa karena sungguh luar biasa.

eS Copi

Kopi Gayo adalah sebuah nama yang langsung terlintas di kepala saya saat seseorang menyebutkan Kota Takengon di Aceh Tengah. Selain Kopi Gayo, saya tak tahu apalagi yang ada di Kota Takengon. Saya tak berekspektasi apa-apa tentang kota ini selain tentang kopi arabika dengan rasa dan aroma juara.
Akhir April kemarin saya berkesempatan mengunjungi Takengon. Tentu bertepatan dengan panen raya yang memang berlangsung dari Maret hingga Mei. Antusiasme saya memuncak tak terkendali. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya saya melihat langsung proses kopi dari mulai buah kopi hingga dipetik. Kesempatan ini saya pergunakan baik-baik untuk memelajari awal mula bagaimana ‘sang biji surga’ diproses oleh para petani. Bertemu petani-petani kopi yang mengontribusikan hidupnya pada kopi dan bermain ke ladang kopi yang tumbuh subur.

Kilang Kopi

Di Kilang Kopi Aman Kuba saya melihat para pekerjanya memilih biji-biji terbaik secara manual. Mereka memilih satu per satu biji terbaik dan membuang biji yang rusak. Wah saya tak menyangka prosesnya bakalan sedetail ini. Di Kilang Kopi AMan Kuba saya melihat kopi dijemur di sebuah ruangan luas. Takjub sekali. Namanya juga main ke tempat kopi, pastilah sempat mencicipi secangkir kopi yang baru saja di-roasting dan menyempatkan diri ngobrol-ngobrol dengan pemiliknya, Pak Ikrar.

- Copyright © Roakupi Gayo - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -